Selamat Datang

Sabtu, 27 April 2013

Perjuangan itu butuh pengorbanan

Berjuang menurut salah satu kamus berarti berusaha sekuat tenaga tt sesuatu; berusaha penuh dng kesukaran dan bahaya.
Hidup ini adalah perjuangan. Dimulai dengan perjuangan, dijalani tiada mungkin tanpa perjuangan, dan akan berakhirpun dengan perjuangan. Bahkan setelah hidup ini usai pun, masih harus berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang kekal.


Perjuangan kita dimulai dengan perjuangan sel sperma yang berjuang membuahi sel telur atau ovum.
Perjuangan itu menjadi awal dari perjuangan kita di dunia, perjuangan yang akan menyita banyak waktu kita untuk memikirkan hal itu, perjuangan yang akan membuat masa muda kita bermakna, membuat pola pikir kita terkuras, membuat waktu kita seolah-olah tidak cukup untuk menjalani hari.


Perjuangan yang kita hadapi akan bervariasi, entah perjuangan kita dalam menjalani hidup yang rumit, masalah kampus yg begitu ruwet, perjuangan kita dalam menjalani penyakit yg menggerogoti tubuh kita dan masih banyak perjuangan kita yang lain. Hal itu menjadikan kita harus pandai2 dalam memfollow up permasalahan yang muncul sehingga permasalahan tersebut tidak justru menjadikan kita personal yang kaku dalam menjalani ujian atau cobaan akan tetapi mampu menjadi batu loncatan bagi kita sehingga menjadikan kita lebih dewasa.
Hal ini menjadi penting karena kerap kali mereka-mereka yang tidak dewasa dalam menyikapi persoalan justru putus asa dalam menjalani hidup, padahal jika dia bertahan sedikit saja hal tersebut pasti mampu diselesaikan. Analogi yang perlu kita pahami dalam menyikapi persoalan atau ujian dalam perjuangan yaitu "analogi pendaki" dan "analogi sumur". Analogi pendaki maksudnya yaitu kita terkadang seringkali merasa bahwa pendakian ini tidak kunjung usai padahal jika kita meneruskan sedikit lagi kita bisa mencapai puncak itu. Analogi yang lain terkait analogi sumur yaitu ketika air sumur itu sudah mulai kering maka pertanda bahwa hujan itu sudah menjelang. Analogi di atas menjadi analogi penting ketika kita menghadapi permasalahan bahwa ketika kepala kita sudah sangat pening dalam menghadapi masalah dan upaya kita sudah maksimal maka solusi itu sudah sangat dekat.

Karena dalam Al-Qur'an disampaikan bahwa setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan.
Penutup dari tulisan ini saya ingin menyampaikan kembali apa yang pernah disampaikan oleh Almarhum Ustad Rahmat Abdullah
Memang seperti itu Perjuangan. Perjuangan adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai fikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di saat lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu Perjuangan. Menyedut kekuatan pada diri. Hingga tulang belulangmu, daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Baginda memang akan tua juga. Namun kepalanya beruban kerana beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Beliau memimpin hanya sebentar. Namun kaum muslimin sangat terkesan dengannya. Tidak ada lagi orang miskin yang boleh diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sukar membayangkan sekeras apa seorang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai gugur. Hanya dalam 2 tahun beliau sakit parah kemudian meninggal. Dan memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.
Dan di akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin al-Khattab juga terlihat terkoyak-koyak hingga kepalanya menjadi botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelaskan dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang soleh, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya ketika solat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak! Justeru kelelahan. Apalagi rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis". Justeru kerana rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani kerana rasa sakit itu selalu mengintai ke mana-mana mereka pergi yang akhirnya menjadi adaptasi biasa.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada. Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak dirasa lagi sebagai luka. Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda berbanding Perjuangan yang begitu aman, selesai apalagi berkecukupan.
Begitupun Umar. Apabila Rasulullah wafat, beliau histeria. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada Abu Bakar. Namun beliau seringnya "ditinggalkan", hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam suntikan bagi iman.
Perjuangan itu tiada henti melainkan mati!
Janganlah keselesaan yang dimiliki melupakan diri hingga membiarkan mereka yang lainnya bersendirian bergelimang dalam lumpur kumuh memperbaiki moral ummat hingga dirimu berada di dalam lingkungan kelompok empukmu saja.
Sedarlah wahai para Pejuang!!!
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
-Sungguh kalau iman dan syaitan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah-
Semoga tulisan ini bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar